Aktualisasi Kepemimpinan Masa Kini Melalui Manifestasi Perikehidupan Rasulullah
Aktualisasi Spirit Kepemimpinan Masa Kini Melalui Menifestasi Perikehidupan Rasulullah
BATAM (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum DPP Hidayatullah, KH.Dr. Nashirul Haq Lc. MA, mengatakan penting bagi kader dan setiap generasi dari umat ini untuk mengaktualisasi spirit kepemimpinan masa kini melalui manifestasi atau pengejawantahan perikehidupan Rasulullah Muhammad SAW sebagai seorang yang tumbuh dengan sejumlah fase.
“Nabi saw melewati fase demi fase, agar bisa menumbuhkan nilai kepemimpinan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang leader”, kata Nashirul Haq dalam orasi ilmiahnya pada acara Sidang Senat Terbuka Yudisium Sarjana Angkatan Pertama STIT Hidyatullah Batam, belum lama ini.
Beliau mengaitkan nilai-nilai kepemimpinan yang ada pada fase kehidupan Nabi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi nabi terhadap proses tarbiyah bagi seorang kader.
Nabi Muhammad adalah seorang yang yatim. Menurutnya, fase keyatiman akan menumbuhkan kepedulian sosial bagi diri Muhammad. Tumbuhnya sebagai anak yatim akan menjaganya dari tangan-tangan yang memanjakannya, baik harta maupun kemudahan lain.
“Otomatis hal ini akan mencetak kepribadiannya untuk tidak bergantung terhadap keduniaan dan kedudukan, serta menumbuhkan kepedulian sosialnya”, terangnya.
Kemudian, lanjut Nashirul Haq, ada ketangguhan, etos kerja, militansi pada fase menggembala. Di situ juga, terang Nashirul, ada trust, sikap amanah, tsiqah, sebagai syarat utama bagi seorang pemimpin melalui fase berdagang.
“Lalu mampu berkomunikasi, bisa bekerjasama, bisa juga melibatkan teamwork, maka Nabi saw dinikahkan dengan Khadijah radhiyallahu anha. Dan kita melihat peran beliau mendampingi Nabi saw itu sangat besar sekali nilainya dalah sejarah Islam,” sebutnya untuk nilai pada fase ber-Khadijah.
Fase terkahir, masih kata Nashirul Haq, yaitu bertahannuts atau beruzlah di Gua Hira. Tujuannya, bagaimana mematangkan spritulitas Nabi saw. Bahkan, pola tahannuts ini justru banyak diminati masyarakat modern hari ini.
“Karena mereka sudah jenuh dengan kondisi dunia yang seperti ini melihat orang yang memiliki kekayaan, memiliki ilmu pengetahuan, justru tidak memberikan solusi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara,” imbuhnya memberi contoh.
Makanya sekarang, lanjutnya, pengusaha-pengusaha dan pejabat banyak yang menitipkan anaknya di Islamic Boarding School, sekolah sekolah Islam berasrama atau pesantren, agar anaknya ini bisa juga mendapatkan sentuhan skill dan knowledge, dan pada saat yang sama ia punya karakter yang kuat.
“Oleh karena itu, proyeksi pendidikan Hidayatullah ke depan hendaknya membuat tiga hal. Yang pertama adalah karakter. Karakter ini ada karakter moral, ada karakter kinerja,” sebutnya.
Karakter moral itu, lanjutnya, berkaitan dengan akhlak. Ada keikhlasan, ketulusan, ada kejujuran. Kalau kinerja, ada kedisiplinan, kerajinan, ada ketangguhan.
“Kemudian yang kedua, kompetensi. Meliputi kreatifitas. Orang kreatif itu tidak pernah ada masalah yang tidak ia carikan solusinya. Kemudian dia harus kritis, yaitu mampu memberikan solusi. Kemudian komunikatif, yaitu kemapuan mempengaruhi,” sebutnya lagi.
Yang ketiga, masih kata pakar ushul fiqh ini, ada narasi. Anak anak milenial hari ini tantangannya adalah hal-hal yang berkaitan dengan narasi.
Dia menegaskan, Indonesia ini akan mejadi negara tertinggal kalau tidak mengembangkan narasi. Sehingga tradisi akademik yang mesti dikembangkan Hidayatullah.
“Sarjana Hidayatullah harus mampu menderivasikan konsep konsep al-Qur’an dan sunnah itu dalam segala bidang. Kalau anda sebagai sarjana di bidang pendidikan Islam, harus mampu menarik konsep al-Qur’an dan sunnah, kemudian membuktikan kemukjizatan al-Qur’an dengan teori teori keilmuan dan anda harus berani mengkritisi kalau ada konsep konsep Barat yang bertentangan dengan konsep Islam,” imbuhnya.
Terakhir, Nashirul Haq berpesan, bahwa seseorang tidak akan mampu menjadi leadership manajerial kalau tidak dibenturkan dengan tugas-tugas teknis di lapangan yang kelak dengan itu akan melatih dan menumbuhkan nilai kepemimpinan.
“Lihatlah, orang-orang hebat para pemimpin dunia, mereka adalah aktifis di lapangan, di luar. Mereka adalah orang yang mapan dengan tugas-tugas lapangan. Obsesi kita ini besar, kita dihadirkan oleh Allah di muka bumi sebagai khalifah fil ardh, makanya kita tidak pernah punya cita-cita yang kecil. Selalu visinya itu visi besar, dunia,” pungkas alumnus doktor dari IIUM Malaysia ini.
Yudisium Sarjana untuk angkatan pertama STIT Hidayatullah Batam ini, menetapkan Dewan Senat, yang terdiri dari Ketua Badan Pembina Yayasan, H. Jamaluddin Nur, Ketua Badan Pengurus Yayasan Khoirul Amri, Kabid Dikti M.Sidik, Ketua STIT Hidayatullah Batam, Mohammad Ramli dan Wakil Bidang Akademik Muji.
STIT Hidayatullah Batam, dalam acara tersebut, meluluskan 150 an Mahasiswa dan memberikan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) untuk dua program studi, yaitu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan Manajemen Pendidikan Islam (MPI).
Acara yang dilakukan dengan khidmat di Aula Serbaguna Gedung Hidayatullah Asia Raya Kampus 2 Putri, Tanjung Uncang, Kampus Utama Hidayatullah Batam ini, dilakukan dengan offline dan sebagian lagi dalam jaringan online.
Untuk diketahui juga, bahwa di Kampus Utama Hidayatullah Batam kini telah memiliki tiga perguruan tinggi; STIT Hidayatullah Batam, Institut Agama Islam Abdullah Said Batam, dan STIT Mumtaz Karimun, Kepulauan Riau.*/Azhari