Beginilah Akhlak Santri

Ciri khas yang paling menonjol pada santri terletak pada akhlaknya yang mulia. Atas dasar itu sehingga banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di pesantren.

Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan, yang bertujuan untuk mencetak manusia yang sempurna (insan kamil). Wadah untuk mencetak ahli dalam bidang agama, ilmu pengetahuan, dam tentunya akhlakul karimah.

Santri biasanya dijadikan figur bagi orang lain. Dikarenakan sudah lumrah bagi masyarakat bahwa santri pasti memiliki akhlak mulia. Sehingga ketika para santri berada pada lingkungan masyarakat mereka disenangi dan disegani.

Akan tetapi, permasalahan yang terjadi pada zaman ini adalah Krisis akhlak yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang juga menimpa kalangan santri.

Pesantren dikenal dengan pembelajaran dan pengamalan akhlak, akan tetapi, saat ini kini mulai tergerus.

Contohnya: kurangnya ikrom (penghormatan) para santri terhadap asatidz, kurangnya rasa ukhuwah yang terjadi dikalangan santri yang menyebabkan terjadinya kesenjangan dalam berinteraksi dan ucapan-ucapan yang kurang baik sering dilontarkan.

Tak jarang apa yang diajarkan di dalam pesantren kurang diaplikasikan ketika berada di sekitar masyarakat luas. Sehingga sebagian orang beranggapan, santri kini, kurang berakhlakul karimah. bahkan ada yang berpandangan akhlak santri lebih buruk dari pada yang bukan santri.

Oleh sebab itu, penanaman akhlak harus diupayakan semaksimal mungkin untuk menjadikan santri sebagai figur yang mulia.

Dalam dunia pendidikan ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu dalam proses tarbiyah (pendidikan), ta’lim (pembelajaran), dan ta’dib (pengamalan adab). Dari proses pembelajaran tersebut hal yang jarang ditemukan adalah proses ta’dib. Hingga terjadinya krisis akhlak.

Penyebab utama krisisnya akhlak para santri adalah kurangnya figur yang baik, kurangnya penerapan terhadab adab.

Sempat menjadi perbincangan yang hangat di kalangan masyarakat tentang akan ditayangkannya film “ The Sanri” yang menggambarkan bagaimana selayaknnya sifat ideal para santri. Akan tetapi, gambaran santri yang disajikan pada flm tersebut sangatlah jauh dari kata santri sejati.

Jika ditelaah, maka film tersebut tdak layak dikonsumsi oleh masyarakat luas. Dikarenakan figur seorang santri salah satunya adalah pantang berkhalwat, tidak ada percampuran antara laki-laki dan perempuan. Tidak ada toleransi dengan agama lain tentang masalah syari’at.

Pembelajaran adab tak semudah yang dibayangkan dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal yang paling penting dalam pembelajaran adalah pemahaman. Sehingga pemahaman akan akhlak menjadikan kita untuk mudah mengaplikasikan.

Lalu bagaimana cara menghadapi krisis akhlak tersebut?

Diantara perintah Allah azza wa jalla adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wan sallam.

Allah azza wa jalla berfirman dalam Al-Qur’an surah al-Ahzab/21;33

Artinya : “sesungguhnya telah ada pada diri rasulullah itu suri taulada yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.

Pribadi Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa Sallam adalah pribadi yang sangat agung. Yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Akhlak beliau adalah pemenuhan terhadap aklak Allah. Sebagai Rabb-nya. Sehingga menjadikan bahagia dunia dan akhirat.
Meniru akhlak Rasulullah maka kita akan merasakan hidup lebih indah. Dengan memperbanyak bacaan tentang kisah Rasulullah akan menambah pengetahuan dan kita akan terpacu untuk mengikuti beliau.

Lalu bagaimanakah selayaknya akhlak santri? Untuk mendapatan akhlak mulia cukup menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan kita. Mari kita sedikit mengingat kembali akhlak Rasulullah Shalallahu’alaihi Wa Sallam.

Beliau adalah seorang hamba yang banyak bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmatnya dan bertaubat dan beristigfar. Beliau juga seorang yang sangat lembut dan tidak tergesa-gesa.

Suatu ketika beliau pernah berjumpa dengan arab badui, lalu orang itu menarik selendang yang beliau kenakan dipundak sehingga meninggalkan bekas pada pundak beliau. Lalu orang itu berkata “wahai Muhammd, berilah aku sebagian dari harta yang Allah berikan kepadamu!” Rasulullah tidak pernah marah. Beliau menoleh dan menyuruh kepada para sahabatnya agar memberikan sesuatu kepada orang ini.

Rasululah orang yang paling agung. Beliau tidak pernah melakukan perbuatan nista. Tidak pernah mencela dan beliau bukan tipe orang yang suka melaknat beliau juga seorang yang sangat derma terutama pada bulan Ramadhan. Jika ada yang meminta beliau atas nama islam beliau akan memberikan meski itu besar.
Akhlak mulia berikutnya adalah. beliau sangat dzuhud terhadap dunia, beliau adalah utusan Allah, Rabb yang maha kaya.

Rasulullah Saw tidak pernah sekalipun melontarkan kata-kata dusta, walau ketika bercanda.

Begitulah sedikit gambaran akhlak Rasulullah Saw. Semoga hal tersebut dapat diteladani oleh para santri, anak didik yang berada di pesantren. (Baiq Lailatul Arwa, mahasiswi STIT Hidayatullah Batam)

Leave a Comment