Belajar dari Musibah Bencana Alam

Di awal tahun ini, bencana alam datang bertubi-tubi, bahkan lebih kerap terjadi dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Belum usai penanganan bencana yang satu, datang lagi bencana berikutnya. Ada longsor yang menghancurkan rumah, sawah dan ladang. Banjir bandang menghanyutkan. Semua itu menorehkan luka yang mendalam dan pilu bagi yang tertimpa bencana.

Bencana tidak akan terjadi tanpa suatu sebab. Misal, sebab curah hujan yang tinggi, mengakibatkan banjir. Pergeseran lempeng bumi, terjadilah gempa. Buruknya cuaca dapat mengakibatkan kecelakaan transportasi, baik darat,laut, maupun udara. Bahkan yang terbaru jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Perairan Kepulauan Seribu dalam penerbangan Jakarta-Pontianak, pada Sabtu (9/1/2021) siang.

Sebagai seorang muslim, ketika terjadi suatu bencana, maka hal tersebut dimaknai sebagai tanda-tanda yang diberikan oleh Allah Subhanu wa Ta’ala. Ada beberapa perkiraan/analisa mengenai jenis tanda-tanda tersebut. Apakah bencana yang terjadi adalah sebuah ujian atas keimanan kita. Ataukah bencana tersebut merupakan azab dan teguran dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atas banyaknya dosa yang diperbuat. Atau bisa jadi bencana alam yang terjadi merupakan tanda-tanda kiamat.

Apabila bencana tersebut merupakan ujian, bisa jadi hal itu sebagai ujian kepada negeri dengan mayoritas penduduk muslim ini, agar semakin menguatkan keimanannya. Hal tersebut sebagaimana firman Allah:

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ.

Artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) berkata: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut/29 : 2)

Bisa saja bencana alam atau musibah terjadi karena perbuatan manusia di negeri tersebut. Berlimpahnya dosa yang dilakukan oleh penduduk negeri. Hal tersebut sesuai firman Allah Azza wa Jalla :

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ.

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)“.[asy Syuura/42 : 30].

Ketiga, yaitu tanda tanda hari Kiamat. Akhir zaman sudah dekat. Menilik hadits Dari Abu Hurairah ra. berkata; Rasulullah saw bersabda:

“Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, beiajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit jerit) di masjid, orang fasiq menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhiaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi’in dan para imam muktabar). Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa,longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi).”(HR. Tirmidzi)

Ketiga hal di atas adalah pelajaran dari musibah bencana alam yang terjadi belakangan ini. Sebagai muslim, sudah sepantasnya kita untuk belajar dari fenomena alam tersebut dan sekaligus bersabar terhadapnya. Karena sabar terhadap musibah adalah sikap yang terbaik bagi seseorang sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.

Oleh sebab itu, mari kita senantiasa bermuhasabah dan terus menjaga taqarrub kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Terus melakukan ‘Amar ma’ruf nahi mungkar (mengajak kepada kebaikan dan melarang adanya kemungkaran) serta menegakkan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibawakan oleh Rasulullah SAW.

Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberikan keberkahan kepada setiap langkah kebaikan yang kita lakukan dimanapun kita berada.
Aamiin Yaa Rabbal’alamiin. Wallahu a’lam (Riyadhul Janah, Ketua DEMA Putri. Tulisan ini atas program pengembangan literasi di mahasiswa)

Leave a Comment