Ilmu yang Barokah

ILMU YANG BAROKAH

Oleh: Dewi Sapda Purnama Sari

Kata ilmu secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu ‘ilm, yang mempunyai arti pengetahuan. Di dalam Al-Qur’an kata ‘ilm juga disebutkan beberapa kali. Ini menunjukkan bahwa perlunya bagi seorang muslim menuntut ilmu, terutama ilmu yang berkaitan dengan akhirat.

Tidak menutup kemungkinan bahwa dalam menjalani kehidupan perlunya pondasi untuk bertahan, bersabar dan meneguhkan hati dari godaan, ujian-ujian dunia yang bisa menggoyahkan diri dalam menjalankan kehidupan yang penuh dengan kegelapan, maka pondasi itu harus kuat, yaitu iman dan ilmu.

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, yaitu “Menuntut ilmu adalah merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam, baik laki-laki maupun perempuan”. (HR. Ibnu Majah dan hadits ini dishahihkan oleh Syekh Albani).

Dengan menuntut ilmu dan memahaminya akan menjadikan seseorang berharkat dan bermartabat serta menjadi lebih baik dibandingkan dengan makhluk Allah yang lainnya. Dengan ilmu yang dimiliki juga menentukan kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Allah subhanahu wata’ala berfirman, yaitu “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu an orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadillah (58): 11)

Berdasarkan ayat di atas ada beberapa pelajaran yang kita peroleh, yaitu bahwa ilmu itu sangat penting bagi peningkatan keimanan manusia agar memperoleh nilai dan kemuliaan dengan ilmu yang dimiliki. Semakin baik iman dan ilmu seseorang, maka semakin tinggi pula derajat yang dimilikinya dihadapan Allah subhanahu wata’ala. Kemudian agar ilmu tersebut mudah diserap dan dipahami, maka kelapangan hati dan tempat sangat menunjang dalam menuntut ilmu.

Kapan ilmu itu menjadi barokah???

Perlu diketahui bahwa sebagai seorang yang dalam menuntut ilmu,harus didasari niat karena apa, karena seseorang akan memperoleh apa yang telah ia niatkan. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, yaitu “Seseungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya seseorang itu hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Apabila niat telah tertanam pada diri seseorang maka orang tersebut akan memperoleh apa yang telah ia niatkan. Ilmu yang barokah itu, jika kita telah mengetahui suatu ilmu, maka kita mengamalkannya. Malik bin Anas pernah ditanya, “Apa komentar anda tentang menuntut ilmu?” ia menjawab, “Baik dan bagus. Akan tetapi perhatikanlah apa yang harus kau amalkan dari pagi sampai sore, lalu amalkanlah secara konsisten.”
Keharusan dalam mengamalkan suatu ilmu, Amr bin Qais pernah berkata, “Jika kamu mendengar kebaikan, maka kerjakanlah walau hanya satu kali saja.” (5/102).

Sufyan bin Uyainah berkata, “Orang yang berakal bukanlah orang yang mengetahui baik dan buruk, melainkan orang yang apabila ia melihat kebaikan, maka ia mengikutinya. Sebaliknya apabila ia melihat keburukan ia akan menjauhinya.” (8/339)

Sahal bin Abdullah berkata, “Mensyukuri ilmu itu dalah mengamalkannnya. Dan mensyukuri amal adalah dengan menambah ilmu” (10/194).

Ilmu itu dicari untuk menunjang ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena itulah ilmu memiliki keutamaan, apabila tidak ada hal itu, maka ia sama seperti yang lainnya. Seseorang yang mencari suatu ilmu untuk diamalkan, maka ilmunya itu akan melunakkan hatinya, namun apabila ia mencari ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmunya itu akan menambah kesombongannya.

Terkadang seseorang merasa sedih karena banyak ilmu yang tidak ia ketahui, tapi bukan lebih sedih lagi jika telah mengetahui suatu ilmu, namun tidak mengamalkannya. Harits Al-Muhasibi pernah ditanya oleh seseorang, “Sementara ilmu yang telah aku ketahui tidak aku amalkan? Ia menjawab, “Karena anda tidak merasa takut pada kedahsyatan hujjah Allah subhanahu wata’ala yang ditujukan kepada anda berkaitan dengan ilmu yang telah ketahui. Sementara anda tidak mau mengamalkan apa yang diwajibkan kepada anda dan belum memberikan tekad yag kuat untuk menjalankan ilmu yang telah anda ketahui dalam rangka menambah ilmu. Padahal wajib bagi anda melakukan hal itu ketika anda tahu, dan anda pasti berharap dengan hujjah yang paling dahsyat dari Allah subhanahu wata’ala, karena menyia-nyiakan hak Allah dalam kondisi tidak tahu lebih baik bagimu daripada menyia-nyiakan hak Allah dalam kondisi mengetahui.” (1/95)

Jadi, suatu ilmu itu barokah dan bermanfaat, jika ilmu tersebut bukan hanya bermanfaat bagi yang menuntut dan mencari ilmu, melainkan orang lain juga merasakan manfaat dari ilmu yang kita miliki. Untuk itu, bagi para penuntut ilmu pilihan terbaik ada ditanganmu. Apakah kamu menuntut dan mencari ilmu dengan tujuan untuk mengamalkannya atau hanya sekedar menambah ilmu dan popularitas semata, cinta dunia yang fana, yang tidak kekal, dan sampai kapan kamu bisa menikmati ilmu yang telah engkau peroleh. Dan untuk ilmu yang belum diketahui janganlah bersedih, tapi bersedihlah apabila telah mendapat suatu ilmu namun tidak mengamalkannya. (Mahasiswa semester 6 PGMI, anggota DEMA Putri bidang pengembangan literasi)

Leave a Comment