Kampus 2 Hidayatullah Tanjung Uncang: Pusat Pengkaderan Mahasiswi

Kampus 2 Hidayatullah Tanjung Uncang didirikan sebagai kampus khusus putri. Hingga kini, sejak dimulai tahun 2012, jumlah santri yang sedang mengenyam pendidikan berpesantren itu, sudah mencapai 1077 santri. Jumlah tersebut adalah keseluruhan anak didik di semua jenjang pendidikan, dari TK, SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi.

Secara khusus, untuk Perguruan Tinggi, dimana SK pendiriannya terbit pada April 2017, dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Hidayatullah Batam, juga tidak luput dari objek pendidikan di Pesantren milik Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YYPH) Batam ini. Di tahun perdana menyelengggarakan kegiatan perkuliahan, ada 129 mahasiswa yang mendaftar untuk belajar di lembaga Pendidikan Tinggi milik Ormas Hidayatullah ini.

Mahasiswi, atau dalam internal kampus biasa disebut dengan santri putri, semua menikmati suasana perkuliahan dengan sistem kepesantrenan. Artinya, mereka kuliah dalam lingkungan pesantren yang islami. Mereka belajar ilmu dalam bangku perkuliahan formal, sesuai dengan program studi yang diambil, disaat yang sama, mereka juga merasakan suasana pondok yang kental akan nilai-nilai syariah di dalamnya. Sederhanya, kuliah sambil mondok, mondok sambil kuliah. Inilah kekahasan yang hendak dibangun dan ditonjolkan di STIT Hidayatullah Batam.

Untuk menunjang itu, maka manajemen Pendidikan Tinggi, dalam hal ini STIT Hidayatullah Batam, menerapkan dua kurikulum. Yaitu, kurikulum perkuliahan dengan sejumlah SKS dan kurikulum kepesantrenan untuk bekal ilmu agama yang mumpuni.

Kurikulum pesantren ini kemudian disebut program diniyah, dengan sejumlah materi ajar yang mengacu pada kultur klasik ajaran Islam. Beberapa materi tersebut yang paling utama adalah menghafal al-Qur’an hingga khatam 30 Juz. Tiap pagi, Senin sampai Jum’at, mereka tersistem untuk menghafal al-Qur’an dan menyetorkan hafalannya kepada seorang murabbi. Inilah program utama kurikulum diniyah ini. “Kita hendak mencetak generasi penerus bangsa yang qurani”, kata seorang ustadz dalam sebuah acara.

Ada juga pembelajaran Baca Kitab Kuning plus nahwu shorof. ini bertujuan agar bisa membaca kitab-kitab klasik para ulama. Ada belajar tahsin dengan metode sanad. Jadi, selain menghafal, mereka juga terhantar untuk membaca al-Qur’an secara tartil dan fasih. Selain itu, para santri juga diajari bagaimana cara mengajarkan al-Qu’an. Metode ini disebut dengan Grand MBA (Gerakan Dakwah Mengajar dan Belajar al-Qur’an), sebuah kebijakan nasional dari Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah kepada seluruh kader-kader Hidayatullah di Nusantara.

Di akhir pekan, STIT Hidayatullah Batam juga memiliki program lifeskill. Program yang bersifat ekskul ini untuk menunjang minat dan bakat para santri putri. Misalnya, ada Arabic dan English Club. Program ini bertujuan agar mahasiswi punya keterampilan dalam berbahasa Arab atau Inggris secara aktif. Intinya, mereka diberi pilihan dan kebebasan untuk memilih, apa yang cocok untuk mereka.

Di akhir pekan ini juga adalah momentum untuk mengasah keterampilan keputrian seperti belajar menjahit dan memasak. Ada juga pelatihan jurnalistik, bagi yang hendak menggeluti dunia tuli menulis

Di malam harinya, ada program Tathbiq Lughah. Bercakap-cakap menggunakan bahasa Arab atau Inggris sesama mereka. Keesokan harinya, usai shalat subuh mereka duduk berhalaqah, semacam majelis berbentuk lingkaran, didampingi seorang murabbi, untuk menghafal dan menyetor hadits Arbain an-Nawawi

Inilah ritme dan dinamika pendidikan sekaligus pengkaderan yang dijalani mahasiswi, di Kampus 2 Hidayatullah Tanjung Uncang. Sebuah proses untuk mencetak generasi rabbani penerus bangsa, dan sebuah lembaga pendidikan Islam yang turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kekhasan integral inilah yang dibangun di Kampus Hidayatullah yang berada di Tanah Melayu ini: Pendidikan Tinggi berbasis pesantren. (Admin)

Leave a Comment