Ketua Umum Hidayatullah Kuliah Adab di Batam
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ustadz Dr. Nashirul Haq, Lc, MA memberi Kuliah Umum bertema “At-Ta’dib fil Islam” di Kampus Utama Hidayatullah, Tanjung Uncang, Batam, Ahad, 29 Jumadal Akhirah 1441 Hijriyah (23/2/2020).
Kuliah Umum yang dikemas dengan suasana santai ini, diadakan di hall utama Masjid Arriyadh, Kampus 02 Putri Hidayatullah. Hadir dalam kesemparan tersebut, Ketua STIT Hidayatullah Batam, Mohammad Ramli M.Pd.I, jajaran pengurus inti, para dosen Pendidikan Tinggi Hidayatullah Batam, dan ratusan mahasiswa yang memenuhi tempat acara.
Dalam pemaparannya, Ustadz Nashirul Haq menjelaskan secara historis bagaimana proses pembentukan akhlak dan adab dalam perjalanan peradaban Islam. Menurutnya, sejak periode Makkah, ayat ayat yang turun kepada Rasulullah saw, adalah yang berkaitan dengan akidah, akhlaq, serta adab.
“Dalam Tarikh Tasyri’, ayat yang turun fokus berkaitan dengan akidah dan akhlak. Nanti menjelang hijrah barulah ayat tentang ibadah, contohnya perintah shalat lima waktu”, papar lulusan Doktor International Islamic University Malaysia (IIUM) ini.
Maka, lanjutnya, belasan tahun ayat yang turun adalah berkaitan dengan akhlak yang didasari syahadat. Karena akhlak memilki peran yang sangat penting dalam Islam. Ia merupakan buah dari tauhid. Bahkan, eksistensi sebuah negeri dan masyarakat tergantung dari akhlaknya.
“Jika akhlak, moral, atau adab sebuah negeri itu rusak apalagi hilang, maka sejatinya hancurlah negeri dan masyarakat itu,” kata Nashirul sambil mengutip sebuah syair Arab.
Inilah sesungguhnya keistimewaan peradaban Islam, lanjutnya lagi, karena ia bersifat syamil. Ia mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Mulai dari hal hal yang sederhana sampai perkara yang paling besar. Semuanya diurus dalam Islam. Kesemuanya itu ada di dalam konsep adab Islam.
“Tidak ada satu konsep atau ajaran pun yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia dari hal sederhana sampai yang sangat besar, kecuali Islam,” tegas alumni Universitas Islam Madinah ini.
Itulah sebabnya dalam sebuah hadits disebutkan, lanjut Nashirul, iman memiliki 60 atau 70 cabang lebih. Yang paling tinggi kalimat tauhid dan yang paling rendah, menyingkirkan gangguan dari jalan. Artinya, semua aspek diatur dalam ajaran Islam.
“Hebatnya, ajaran itu mewujud nyata pada diri seorang manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW, sebagai contoh realisasi nilai adab itu. Jadi, kita tidak bingung ketika hendak melihat bagaimana gambaran orang yang berakhlak dan beradab itu. Lihatlah beliau. Kata Aisyah ra., akhlak Nabi saw adalah al-Qur’an”, jelas Ustadz yang dikenal murah senyum ini.
Oleh karenanya, adab di kalangan para sahabat atau generasi Islam terdahulu, menjadi kunci dan perkara yang sangat penting dalam proses menuntut ilmu. Para ulama terlebih dahulu belajar adab baru ilmu. Bahkan durasi waktu mempelajari adab lebih lama dibanding mempelajari ilmu.
“Ta’allamul adaba qabla an tata’allamal ilma. Pelajarilah adab dahulu sebelum mempelajari ilmu”, kutipnya.
Karena mempelajari ilmu tanpa didahului adab, ujar Nashirul, orientasinya bisa keliru. Bukannya tambah yakin, tambah beriman, justru yang muncul adalah i’jaabun nafs, bangga pada diri hingga muncul benih benih kesombongan.
Para ulama, lanjutnya lagi, menjadikan adab ini sebagai proses yang mutlak untuk ia jalani. Sehingga jika berkaca pada sejarah, para ilmuwan Muslim adalah orang-orang ahli ibadah, zuhud, sekaligus pribadi yang soleh.
“Berkumpul padanya sosok yang alim, cerdas, ahli sains, kedokteran, kimia, matematika dan lainnya. Tapi di saat yang sama ia juga hafal al-Qur’an, ahli fiqh, paham hadits, berkarakter, dan punya kepribadian yang soleh,” tandas anggotan Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini.
Usai pemaparan dilanjutkan sesi diskusi dengan pemateri yang juga menantu pendiri Hidayatullah ini. Acara berjalan sukses dan semoga memberi faidah dan maslahat yang besar bagi para mahasiswa, calon kader Hidayatullah di masa yang akan datang. (Azhari)