Membangun Literasi di Dunia Kampus
Oleh: Bidang Pengembangan Literasi, DEMA STIT
Kampus merupakan sebuah wadah yang menampung sejumlah mahasiswa-mahasiswa dalam mengasah, melatih, dan mengembangkan bakat serta melatih sikap kritis melalui pengajaran dan penelitian atau biasa disebut sebagai literasi yang merupakan kemampuan dalam membaca, menulis, mengasah keterampilan dan bakat seorang individu. Namun dalam pengembangan ini tidak bisa dibangun dalam satu atau dua hari, perlunya suatu proses atau aktivitas yang konsisten dan berkesinambungan dalam membentuk suatu kebiasaan yang baik. Dapat kita simak mengenai makna dari literasi itu sendiri.
Secara umum literasi diambil dari bahasa inggris “literacy” yang diartikan sebagai sarana untuk sumber belajar. Sedangkan menurut para ahli mengenai arti literasi yaitu:
1. Elizabeth Sulzby
Literasi ialah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam berkomunikasi berbahasa, menyimak dan menuliskannya. Sehingga ia mengatakan bahwa literasi sebagai factor utama seseorang bisa berkembang dan melek ilmu pengetahuan dengan membaca.
2. Goody dan Kren
Goody mengartikan literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. Sedangkan Kern mengartikan literasi sebagai 7 prinsip pendidikan yang meliputi kemampuan interpretasi, kolaborasi, pemecahan masalah, pengetahuan kultur, konvensi, refleksi diri dan penggunaan bahasa dari prinsip-prinsip ini terdapat suatu hubungan yang saling mempengaruhi.
3. Education Development Center (EDC)
Literasi merupakan kemampuan dalam memaksimalkan potensi, keterampilan dan potensi yang ada didalam dirinya secara maksimal.
Berdasarkan Deklarasi UNESCO literasi ialah kemampuan dalam menentukan, menemukan, mengidentifikasi, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi serta mengkomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Jadi dapat disimpulkan bahwa literasi ialah kemampuan membaca, menulis, mengembangkan keterampilan dan bakat dengan melalui pelatihan secara continue. Sehingga literasi tidak hanya terpaku pada membaca dan menulis tapi lebih kepada mengembangkan skill yang ada pada dirinya dan dapat diaplikasikannya di lingkup masyarakat.
Bukankah secara jelas bahwa Allah menjelaskan dalam firmannya: “ Bacalah dengan (menyebut) nama Rab-mu yang menciptakan manusia dengan segumpal darah . Bacalah, dengan Rabbmu lah Yang Paling Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. (96: 1-5)
Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah Ta’ala, mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya dan dengan demikian Dia memuliakanya dengan ilmu.
Secara akal, lisan dan tulisan mengharuskan perolehan ilmu dan tidak sebaliknya. Oleh karena itu Allah Ta’ala Berfirman dari surah al-Alaq di atas.
Didalam atsar disebutkan “Ikatlah ilmu itu dengan tulisan” Selain itu atsar menyebutkan ”Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya apa yang tidak diketahui sebelumnya” (Sunan ad-Darimi, bab Min Rukhsbati Kitaabil ‘Ilm), sehingga dalam membangun literasi ini perlunya suatu ilmu dalam mengokohkan kemampuan bakat dan keterampilan seseorang.
Membangun literasi di dunia kampus
Kemampuan dasar seseorang dalam berliterasi ialah melihat dan mendengar. Kemampuan mendengar dan melihat membuat kita untuk menggunakan kemampuan secara multiple yaitu mampu berkomunikasi dengan baik. Kemampuan berliterasi ialah kemampuan dalam menggunakan semua pancaindra dengan sebaik-baiknya dalam memperkaya diri dengan bacaaan, mendengar dan melihat. Semakin alat indra dan pendukung yang digunakan maka akan semakin mudah dalam membangun literasi tersebut.
Menurut riset penelitian semakin banyak di lingkungan sekitar yang digunakan dalam pembelajaran maka semakin banyak pula yang didapatkan. Dalam upaya membangun literasi kampus dapat melakukan dengan beberapa cara dalam meningkatkan kemampuan berliterasi yaitu:
Menanamkan pemahaman berliterasi
Dalam menanamkan bahwa pentingnya berliterasi menjadi point penting dalam membangun literasi seorang mahasiswa dalam memperkaya keilmuan baik dari bahasa dan intelektual, tidak bertindak secara pasif namun harus bertindak secara aktif di dalam dunia kampus. Yang salah dipahami sebagian mahasiswa bahwa literasi bukan hanya sekedar dengan membaca dan menulis. Namun saat kita mengerjakan tugas, bertukar pendapat, berdiskusi dan melakukan penelitian sudah termasuk upaya berliterasi.
Memulai dengan hal terkecil
Menurut Triana Rahmati ia mengatakan bahwa untuk melakukan upaya berliterasi dapat melakukan dengan sesuatu hal yang terkecil. Seperti membiasakan membaca dengan bahasa yang sedikit berat, membaca jurnal internasional per harinya. Dan ini bermanfaat dalam menambah wawasan keilmuan, membiasakan membuat makalah atau melakukan sebuah risert sesuai dengan aturan dan sistematika kepenulisan.
Selalu ada upaya menambah wawasan keilmuaan
Dalam mengasah literasi dari diri seseorang pentingnya selalu berupaya menambah wawasan keilmuan yaitu menjadi penuntut ilmu yang haus akan bidang keilmuan.
Konsisten dalam segala hal
Malik bin Anas pernah ditanya “Apa komentar anda tentang menuntut ilmu?” Ia menjawab, “Baik dan bagus. Akan tetapi, perhatikan apa yang harus kau amalkan dari pagi sampai sore, lalu amalkanlah secara konsisten.