Momentum Nuzulul Qur’an, STIT Hidayatullah Batam Gelar Wisuda Tahfizh Al-Qur’an
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Hidayatullah Batam Kepulauan Riau menggelar wisuda tahfizh al-Qur’an di Kampus 2 Hidayatullah Tanjung Uncang, Jalan Brigjen Katamso, Kecamatan Batu Aji, Batam, Sabtu (2/6/2018), bertepatan tanggal 17 Ramadhan 1439 H.
Kegiatan yang dilakukan di Aula Serbaguna Gedung Hidayatullah Asia Raya ini, adalah akhir dari rangkaian Dauroh Tahfizh al-Qur’an sembilan hari, dengan peserta seluruh mahasiswi semester dua dan lima STIT Hidayatullah Batam.
Hadir dalam acara tersebut, Ketua STIT Hidayatullah Batam, Ustadz M. Ramli, MPdI, sekaligus menutup seluruh rangkaian dauroh tahfizh al-Qur’an selama sembilan hari dengan tema “Menghafal Bukan untuk Khatam, Tapi untuk Setia Bersama al-Qur’an.”
Dalam sambutannya, Ustadz Ramli mengapresiasi kegiatan ini dengan sangat baik. Bahkan, secara khusus menyampaikan rasa terimakasihnya kepada para panitia pelaksana yang telah bersungguh-sungguh menyukseskan acara dauroh tersebut. Menurutnya, kegiatan dauroh ini sungguh berkesan dan mencapai hasil yang diharapkan.
“Terima kasih kepada para panitia yang telah berjibaku menyukseskan acara dauroh hingga wisuda tahfizh hari ini. Kegiatan ini sungguh sangat berkesan. Target hafalannya pun tercapai. Apalagi ini adalah angkatan pertama wisuda tahfizh al-Qur’an di STIT Hidayatullah Batam,” ucap Ramli mengawali sambutannya yang dihadiri oleh pengurus, tenaga kependidikan, sejumlah dosen, dan tamu undangan lainnya.
Dalam suasana yang lapar dan haus, lanjut Ramli, kegiatan menghafal ini justru sangat efektif. Sebuah kesyukuran yang luar biasa, para peserta dapat memaksimalkan kesempatan dauroh ini untuk menambah hafalan al-Qur’an sebanyak-banyaknya.
Selanjutnya, Ustadz Ramli, demikian ayah tiga anak ini biasa disapa, juga menjelaskan momentum nuzulul Qur’an, yang bertepatan dengan wisuda tahfizh hari ini. Ia menceritakan kronologi saat Rasulullah saw pertama kali menerima wahyu dari Allah swt lewat perantara Malaikat Jibril di Gua Hira, sebagai tanda diutusnya Beliau menjadi seorang nabi dan rasul.
“Rasulullah saw itu menerima wahyu di gelap malam, dalam ruang sempitnya Gua Hira. Tau ngk, Gua Hira itu sempit, dan berada di atas tebing yang curam. Tak ada penerang. Tak ada teman. Seorang diri. Kemudian didatangi Jibril untuk disuruh membaca”, papar Ramli sambil membaca al-Qur’an Surah al-‘Alaq ayat 1-5.
Inilah kedahsyatan al-Qur’an. Bahkan, lanjut Ramli, sekiranya al-Qur’an diturunkan kepada gunung, maka gunung itu akan lebur dan hancur karena takut kepada Allah.
Sehingga, harapnya, hendaknya para peserta dauroh ini lebih bersungguh-sungguh lagi dalam mempelajari al-Qur’an kedepan. Sebab, al-Qur’an ini akan menjadi wasilah kepada kita agar dapat memberi syafaat kepada orangtua, kerabat, dan orang lain.
“Al-Qur’an itu syafaat, dan membuat kita dapat memberi syafaat kepada orangtua, kerabat dan orang lain”, ucapnya.
Ust Ramli juga mengingatkan kepada peserta dauroh dan wisuda agar tetap mempertahankan amalan kebaikan di Bulan Ramadhan ini, dan meningkatkan apa yang masih kurang.
“Kita telah melewati separuh dari Ramadhan ini, maka mari kita tetap menjaga amalan-amalan kebaikan dan meningkatkan terus mujahadah kita dalam menggapai tujuan Ramadhan yaitu ketakwaan. Salah satu orang merugi dan celaka adalah orang yang mendapati Ramadhan sedang ia tidak mendapat ampunan dari Allah swt. Na’udzubillah”, pungkas Ramli menutup.
Usai prosesi wisuda, selanjutnya penyerahan reward bagi peserta terbaik yang mencapai target hafal lima juz dalam waktu sembilan hari. Yaitu Ananda Nur Azisa, mahasiswi semester dua asal Samarinda Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI), dan Ananda Nur Azizah Binti Nursyamsa Hadis, mahasiswi semester dua asal Depok Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), dengan kategori peserta terbaik pertama dan kedua.
Kata Ustadzah Anis Habibah Hasanah, Ketua Panitia Pelaksana, bahwa secara umum target yang dicapai dari dauroh tahfizh ini sangat menggembirakan, bahkan luar biasa. Dalam tempo sembilan hari ada yang mampu hafal sampai tiga, empat, hingga lima juz al-Qur’an.
“Itu artinya, kalau ia hafal sampai lima juz, maka sehari ia menyetor lima sampai enam lembar. Itukan luar biasa. Alhamdulilah, secara umum sangat menggembirakan. Semoga ini menjadi warisan sistem buat generasi selanjutnya,” tutup Koordinator Tahfizh Mahasiswi STIT Hidayatullah Batam ini. (Admin)